Sinterklas Era Kolonial
Selamat datang kembali para pengunjung sekalian...
Hari ini tanggal 26 Desember 2019, masih dalam suasana Natal Bagi Umat Kristiani yang merayakannya dan bagi saya masih ada sedikit pengaruh sisa Libur 2 hari kemaren sampai saya pun tadi hampir telat Ngantor karena bangun Kesiangan....
Sedikit mengupas tentang hal-hal berbau Natal....
Tau donk Tokoh Kakek-kakek yang paling ditunggu-tunggu orang-orang yang merayakan Natal di Hari Natal....
Sinterklas......
Sinterklas (dalam bahasa lain juga dikenal dengan nama Santa Klaus, Santo Nikolas, Santo Nick, Bapak Natal, Kris Kringle, Santy, Sinyokolas atau Santa) adalah tokoh dalam berbagai budaya yang menceritakan tentang seorang yang memberikan hadiah kepada anak-anak, khususnya pada Hari Natal.
Santa berasal dari tokoh dalam cerita rakyat di Eropa yang berasal dari tokoh Nikolas dari Myra, adalah orang Yunani kelahiran Asia Minor pada abad ketiga masehi di kota Patara (Lycia et Pamphylia), kota pelabuhan di Laut Mediterania, dan tinggal di Myra, Lycia (sekarang bagian dari Demre, Turki). Ia adalah anak tunggal dari keluarga Kristen yang berkecukupan bernama Epiphanius (Ἐπιφάνιος) dan Johanna (Ἰωάννα) atau Theophanes (Θεοφάνης) dan Nonna (Νόννα) menurut versi lain. Nikolas adalah seorang uskup yang memberikan hadiah kepada orang-orang miskin.
Tokoh Santa kemudian menjadi bagian penting dari tradisi Natal di dunia barat dan juga di Amerika Latin, Jepang dan bagian lain di Asia Timur.
Santa berasal dari tokoh dalam cerita rakyat di Eropa yang berasal dari tokoh Nikolas dari Myra, adalah orang Yunani kelahiran Asia Minor pada abad ketiga masehi di kota Patara (Lycia et Pamphylia), kota pelabuhan di Laut Mediterania, dan tinggal di Myra, Lycia (sekarang bagian dari Demre, Turki). Ia adalah anak tunggal dari keluarga Kristen yang berkecukupan bernama Epiphanius (Ἐπιφάνιος) dan Johanna (Ἰωάννα) atau Theophanes (Θεοφάνης) dan Nonna (Νόννα) menurut versi lain. Nikolas adalah seorang uskup yang memberikan hadiah kepada orang-orang miskin.
Tokoh Santa kemudian menjadi bagian penting dari tradisi Natal di dunia barat dan juga di Amerika Latin, Jepang dan bagian lain di Asia Timur.
Namun Kali ini kita juga akan membahas Siterklas di Era Kolonial....
Pada masa Hindia Belanda, orang-orang Belanda kerap
merayakan Hari Sinterklas setiap 5 Desember. Bahkan, Sinterklas yang
datang ke Batavia disambut pejabat setempat dan lantas diarak keliling
kota agar masyarakat melihatnya.
Tradisi itu bertahan sampai tahun 1957 sebelum Presiden Soekarno melarangnya akibat hubungan RI-Belanda yang memanas karena isu Irian Barat.
Menurut antropolog Frieda Amran, rumah-rumah di Hindia umumnya tak memiliki cerobong asap sehingga anak-anak Belanda dan Indo menaruh sepatu berisi rumput dan cawan minuman kuda Sinterklas di bawah jendela.
Ada pula yang menaruh sepatu di bawah tempat tidur. Pagi-pagi, tanggal 5 Desember, semua anak Belanda, Belgia, dan Indo-Belanda di seluruh dunia bersorak gembira mendapatkan hadiah di sepatu mereka. Ada permen serta coklat tersebar di antara sisa-sisa rumput yang tak habis dimakan oleh kuda Sinterklaas.
Khusus di wilayah Hindia Belanda, perayaan Sinterklas juga ditunggu-tunggu dan dirayakan secara meriah.
Tradisi itu bertahan sampai tahun 1957 sebelum Presiden Soekarno melarangnya akibat hubungan RI-Belanda yang memanas karena isu Irian Barat.
Menurut antropolog Frieda Amran, rumah-rumah di Hindia umumnya tak memiliki cerobong asap sehingga anak-anak Belanda dan Indo menaruh sepatu berisi rumput dan cawan minuman kuda Sinterklas di bawah jendela.
Ada pula yang menaruh sepatu di bawah tempat tidur. Pagi-pagi, tanggal 5 Desember, semua anak Belanda, Belgia, dan Indo-Belanda di seluruh dunia bersorak gembira mendapatkan hadiah di sepatu mereka. Ada permen serta coklat tersebar di antara sisa-sisa rumput yang tak habis dimakan oleh kuda Sinterklaas.
Khusus di wilayah Hindia Belanda, perayaan Sinterklas juga ditunggu-tunggu dan dirayakan secara meriah.
Demikian halnya di Banjarmasin. Hampir setiap kantor dan perusahaan mengadakan perayaan Sinterklas untuk anak-anak pegawai mereka. Biasanya pegawai Belanda memerankan Sinterklas dan pegawai Belanda maupun pribumi menjadi Piet Hitam.
Seperti dilakukan pegawai pengadilan/Justitie Ambtenaar M.J.A. Oostwoud Wijdenes yang merayakan Hari Sinterklas di Banjarmasin, tahun 1930-1940. Dalam perayaan tersebut, Wijdenes mengajak N. Guldenaar yang berperan sebagai Zwarte Piet.
Sumber : sammyxnyder_istorya


Post a Comment