7 Fakta Unik di Balik Raihan Medali Emas Owi/Butet
LAGU Indonesia Raya berkumandang di
Riocentro Pavilion 4, Rio De Janeiro, tepat pada Hari Ulang Tahun ke-71
Republik Indonesia. Bendera Merah Putih turut berkibar mengiringi
keberhasilan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih medali emas Olimpiade
Rio 2016.
Pasangan ganda campuran andalan Indonesia
itu sukses meraih medali emas setelah menang dua set atas wakil
Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying 21-14 dan 21-12, Rabu (17/8).
Itulah medali emas satu-satunya yang
diraih Indonesia di Olimpiade Rio 2016, sekaligus yang pertama sejak
ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan meraihnya pada Olimpiade Beijing
2008.
Keberhasilan pasangan yang akrab disapa
Owi/Butet itu meraih medali emas Olimpiade Rio 2016 sekaligus dihiasi
beragam hal menarik. Namun, setidaknya ada 7 fakta unik yang patut
diketahui dari sukses tersebut seperti dilansir JawaPos.com.
Berikut 7 Fakta Unik dari Keberhasilan Tontowi/Liliyana meraih medali emas Olimpiade Rio 2016:
1) Berkat raihan medali emas
Tontowi/Liliyana, lagu Indonesia Raya berkumandang di Olimpiade Rio 2016
bertepatan dengan HUT Ke-71 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebelumnya, Liliyana meraih medali perak Olimpiade Beijing 2008 bersama
Nova Widianto, juga pada 17 Agustus.
2) Indonesia baru pertama kali menyumbang
emas dari sektor ganda campuran melalui Tontowi/Liliyana. Sebelumnya,
emas sudah pernah diraih satu dari tunggal putra, satu dari tunggal
putri, dan 3 dari ganda putra. Tinggal sektor ganda putri yang belum
pernah menyumbang medali emas olimpiade untuk Indonesia.
3) Tontowi/Liliyana menjadi ganda campuran
pertama di luar Tiongkok dan Korea Selatan yang mampu meraih medali
emas Olimpiade. Sejak dipertandingkan pada Olimpiade Atlanta 1996,
Korsel dan Tiongkok bergantian merebut medali emas di sektor ganda
campuran.
4) Tontowi/Liliyana menjadi pasangan
peraih emas dari latar belakang suku dan agama berbeda setelah Ricky
Subagja/Rexy Mainaky (Olimpiade Atlanta 1996), Markis Kido/Hendra
Setiawan (Olimpiade Beijing 2008). Owi beragama Islam dan bersuku Jawa,
sedangkan Butet merupakan penganut Katolik beretnik Tionghoa.
5) Dalam langkah menuju final, Owi/Butet
tak kehilangan satu set pun. Menang atas Robin Middleton/Leannie Choo
(Britania Raya) 21-7 dan 21-8, Bodin Issara/Savitree Amitrapai (India)
21-11 dan 21-13, Chan Peh Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) 21-15 dan 21-11,
Praveen Jordan/Debby Susanto (Indonesia) 21-16 dan 21-11, serta Zhang
Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok) 21-16 dan 21-15.
6) Liliyana menjadi pebulu tangkis putri
kedua yang sukses menyumbang medali emas untuk Indonesia setelah Susy
Susanti. Cuma Liliyana dan Susy pula yang pernah meraih dua medali dalam
Olimpiade berbeda. Susy meraih emas di Barcelona 1992 dan perunggu di
Atlanta 1996, sedangkan Liliyana sebelumnya meraih perak di Beijing 2008
berpasangan dengan Nova Widianto. Sudah ada 9 pebulu tangkis putra yang
menyabet emas, termasuk Tontowi. Tapi tak satu pun yang pernah meraih
dua medali.
7) Tontowi dan Liliyana mulai berpasangan
sejak 2010. Tontowi menggantikan Nova Widianto, yang saat itu sudah
berusia 35 tahun. Sementara, sebelum berpasangan dengan Liliyana,
Tontowi pernah berduet dengan Greysia Polii, Shendy Puspa Irawati, dan
Richi Puspita Dilii. Macau Grand Prix Gold 2010 merupakan gelar pertama
yang dimenangkan oleh Owi/Butet.(ira/JPG)
Sumber : www.jpnn.com

Post a Comment